Selasa, 02 Mei 2017

TRANSFORMASI STRUKTURAL



TEKNOLOGI INFORMASI

MERUBAH NASKAH

Dosen Pengampu:
Dr. Windhu Putra, S.E, M.Si

Disusun Oleh:
Susi Agustin
B1061151001
Syahruni Pratiwi
B1061151002
Sri Indrawati
B1061151009
Nentan
B1061151026
Marhamah
B1061151036











EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017


Modifikator               : Syahruni Pratiwi

NASKAH ASLI
NASKAH MODIFIKASI
TRANSFORMASI STRUKTURAL
TRANSFORMASI STRUKTURAL
4.1       Perubahan Struktural
4.1       Perubahan Struktural
Pembangunan ekonomi dalam jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sector utama ke ekonomi modern yang didominasi sector non primer, khususnya industri manufaktur dengan increasing return to scale (adanya korelasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses kenaikan pendapatan secara total dan maksimal, pendapatan perkapita penduduk dengan memperhitungkan bertambahnya penduduk serta adanya perubahan yang fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk dalam jangka waktu yang panjang. Pembangunan ekonomi sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita maksudnya ialah pembangunan merupakan salah satu tindakan positif atau suatu usaha yang harus dilakukan oleh setiap negara dalam meningkatkan pendapatan  perkapita . Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang, dalam suatu perekonomian bisa dikatakan berkembang jika pendapatan perkapita dalam jangka panjang lebih cenderung meningkat.
Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi structural dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi permintan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), dan penawaran agregat (produksi dan penggunaan factor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan  .
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian wilayah. Transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa dimana masing-masing sektor akan mengalami proses transformasi yang berbeda-beda. Proses  perubahan struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses industrialisasi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktuf dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja. Selanjutnya Chenery dalam Tambunan juga menyatakan bahwa perubahan struktur ekonomi yng umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi, tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Teori perubahan structural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara sedang berkembang, yang semula bersifat subsisten (pertanian tradisional) dan menitikberatkan sector pertanian menuju struktur perekonomian yang lebih modern yang didominasi sector non primer, khususnya industri dan jasa.
 Teori perubahan struktural menjelaskan bagaimana suatu negara merubah struktur mode ekonominya dari sektor ekonomi tradisional menjadi ekonomi modern. Teori ini biasanya diterapkan oleh negara-negara berkembang atau pada negara dunia ketiga. Misalnya di negara bagian Asia Timur. Dibandingkan di negara maju, negara berkembang masih menerapkan standard ekonomi tradisional. Dimana penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani sebagian besarnya.
Ada 2 teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktural).
Terdapat 2 teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan strukur ekonomi yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktural).
Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan (urban). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sector utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka kelebihan suplai tenaga kerja dan tingkat hidup masyarakatnya berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Over supply tenaga kerja ini ditandai dengan nilai produk marjinalnya nol dan tingkat upah riil yang rendah.
Arthur Lewis memperkenalkan Teori Two Sector Surplus Labor, yang dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor pertanian tradisional (pedesaan subsistem) dan sektor industri modern (industri perkotaan). Dimana dia mengatakan bahwa surplus labor dari sektor pertanian ditransfer sedikit demi sedikit ke sektor industri modern dengan tahapan perkembangan dan pendidikan juga pelatihan untuk calon tenaga kerja yang dibutuhkan. Teori ini membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan desa, yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi di antara kedua tempat tersebut.
Di dalam kelompok negara-negara berkembang, banyak negara yang juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga decade terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antar negara dalam sejumlah factor-faktor internal berikut: 1) Kondisi dan struktur awal dalam negeri (economic base), 2) Besarnya pasar dalam negeri, 3) Pola distribusi pendapatan, 4) Karakteristik industrialisasi, 5) Keberadaan SDA dan 6) Kebijakan perdagangan.
Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat, yaitu : 1) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (economic base), 2) Besarnya pasar dalam negeri, 3) Pola distribusi pendapatan, 4) Karakteristik dari industrialisasi, 5) Keberadaan SDA dan 6) Kebijakan perdagangan luar negeri.
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai oleh negara-negara kurang berkembang, yang semula lebih bersifat subsistence dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer.
Teori perubahan struktural menjelaskan bagaimana suatu negara merubah struktur mode ekonominya dari sektor ekonomi tradisional menjadi ekonomi modern. Teori ini biasanya diterapkan oleh negara-negara berkembang atau pada negara dunia ketiga. Misalnya di negara bagian Asia Timur. Dibandingkan di negara maju, negara berkembang masih menerapkan standard ekonomi tradisional. Dimana penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani sebagian besarnya.
Ada 2 teori yang umum digunakan dalam penganalisis perubahan struktur ekonomi, yaitu ; Teori Migrasi (Arthus Lewis) dan Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery)
Terdapat 2 teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan strukur ekonomi yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori transformasi struktural).
Teori Migrasi (Arthus Lewis), bahwa ekonomi suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi 2 yaitu: Perekonomian Tradisional dipedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian Perekonomian Modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka terjadi kelebihan tenaga kerja  dan tingkat hidup masyarakat berada pada kondisi subsistence. Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil yang rendah. 
Dalam model Lewis perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor. yaitu sektor tradisional di pedesaan dan sektor industri modern perkotaan yang lebih produktif dan dapat sedikit demi sedikit menampung kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian. Lewis berasumsi bahwa daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama perekonomian tradisional. Kondisi masyarakat berada pada kondisi subsiten akibat perekonomian yang subsisten pula yang ditandai nilai produk marginal dari tenaga kerja yang bernilai nol. Kondisi ini menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja justru akan mengurangi total produksi yang ada, sebaliknya dengan mengurangi tenaga kerja justru tidak mengurangi total produksi yang ada. Dengan demikian, nilai upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marginal, dan bukan produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri.
Teori Transpormasi struktural (Hollis Chenery), memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara sedang berkembang, yang mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

Teori Pola Pembangunan Chenery memfokuskan terhadap perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari perekonomian negara yang sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonominya. Menurut Chenery, sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sector pertanian menuju ke sector industry.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan total pertumbuhan dari semua sektor ekonomi yang dapat dijelaskan dengan perubahan sektor industri dan pertanian
Perubahan struktur ekonomi dibarengan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan total pertumbuhan dari semua sektor ekonomi yang bisa dijelaskan dengan perubahan sektor industri dan pertanian
Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah empat faktor berikut : 1) Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur. 2) Perluasan ekspor atau efek total dari kanaikan jumlah ekspor terhadap produk industri manufaktur. 3) Substitusi imfor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur. 4) Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah empat faktor berikut : 1) Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap industri manufaktur. 2) Perluasan ekspor atau efek total dari kanaikan jumlah ekspor terhadap produk industri manufaktur. 3) Substitusi imfor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur. 4) Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.

Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok negara sedang berkembang yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat adalah; a) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri, b) Besarnya pasar dalam negeri, c) Pola distribusi pendapatan, d) Karakteristik dari industrialisasi, e) Keberadaan SDA, f) Kebijakan perdagangan luar negeri

Faktor-faktor internal yang membedakan kelompok LDCs yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat, yaitu : 1) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (economic base), 2) Besarnya pasar dalam negeri, 3) Pola distribusi pendapatan, 4) Karakteristik dari industrialisasi, 5) Keberadaan SDA dan 6) Kebijakan perdagangan luar negeri.
Todaro (2006) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang bersifat multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.  Jadi pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keanekaragaman kebutuhan dasar dan keinginan  individual    maupun  kelompok-kelompok  sosial  di  dalamnya  untuk  bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material maupun spiritual.
Todaro menyatakan bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multi-dimensi yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap populer, dan lembaga rasional percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan absolut. Jadi pada dasarnya pembangunan itu dapat dilihat dari perubahan total suatu masyarakat atau adaptasi sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keanekaragaman kebutuhan yang dasar dan keinginan individu maupun kelompok-kelompok sosial didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik secara material maupun spiritual.
Sukirno (2006) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Artinya, ada atau tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia, peningkatan dalam pendapatan serta kemakmuran masyarakat.
Sadono Sukirno mengartika pembangunan ekonomi ialah usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

Keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus–menerus (dalam jangka panjang) dan disertai terjadinya perubahan fundamental dalam struktur ekonomi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan adanya alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan atau pendidikan , dan teknik.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat yang mengalami peningkatan secara terus–menerus (dalam jangka panjang), Produk Domestik Bruto, angka tabungan, dan sektor ekonomi utama serta indikator non moneter seperti indeks kualitas hidup, indeks pembangunan manusia dan urbanisasi
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.   Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi   suatu   perekonomian   yang   diwujudkan   dalam   bentuk   kenaikan pendapatan nasional.  Suatu wilayah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di wilayah tersebut.
Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar  proses pembangunan ekonomi.   Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Dengan demikian ukuran keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, dimana ditunjukkan dengan adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat produksi (output) yang dihasilkan (Kuznets, 2003).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan pendapatan (PDB) tanpa mengaitkannya dengan tingkat pertambahan penduduk. Pertumbuhan penduduk biasanya dikaitkan dengan tingkat pembangunan ekonomi atau bahkan tidak jarang dianggap hal yang sama.


Modifikator               : Susi Agustin
                                                 
Pembangunan ekonomi makro memakai pendekatan sektoral dengan target peningkatan produksi di setiap sektor, yang akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting yang harus ada di dalam pembangunan ekonomi, dimana laju pertumbuhan ekonomi diharapkan harus lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk, dengan demikian peningkatan pendapatan perkapita dapat tercapai. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi dengan sendirinya ataupun dengan campur tangan pemerintah harus dapat dinikmati masyarakat.
Pendekatan sektoral dengan target peningkatan produksi di setiap sektor yang dipakai dalam pembangunan ekonomi makro akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi faktor penting yang harus ada dalamnya yaitu pertumbuhan ekonomi, dimana laju pertumbuhan ekonomi diharapkan harus lebih besar daruipada laju pertumbuhan penduduk, dengan demikian peningkatan pendapatan perkapita dapat tercapai. Pertumbuhan ekonomi harus dapat dinikmati masyarakat, baik itu yang terjadi dengan sendirinya atau dengan campur tangan pemerintah.
Proses pembangunan ekonomi akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi baik dari sisi permintaan agregat (Agregat Demand) maupun  dari  sisi  penawaran  agregat  (Agregat  Supply). 
Perubahan dasar yang terjadi dalam struktur ekonomi baik dari sisi permintaan agregat (Agregat Demand) maupun dari sisi penawaran agregat (Agregat Supply) merupakan bawaan dari proses pembangunan ekonomi.
Dari  sisi  permintaan agregat (Agregat Demand), perubahan  pada struktur ekonomi disebabkan karena adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang membuat perubahan pada selera (taste) yang akan terefleksi pada perubahan pola konsumsinya. Sedangkan dari sisi penawaran agregat (Agregat Supply), faktor-faktor pendorong utamanya adalah terjadinya perubahan teknologi (technological progress), peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), serta penemuan material-material baru untuk produksi.
Penyebab perubahan struktur ekonomi dari sisi permintaan agregat (Agregat Demand) yaitu karena adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang membuat perubahan pada seleera (taste) yang akan terefleksi pada perubahan pola konsumsinya. Sedangkan faktor-faktor pendorong utama dari sisi penawaran agregat (Agregat Supply) adalah terjadinya perubahan teknologi (Technological Progress), peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), serta penemuan material-material baru untuk produksi.
Dengan demikian produksi merupakan sumber penting pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan  terjadinya perubahan dalam struktur perekonomian wilayah. Transformasi struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa, dimana masing-masing sektor akan mengalami proses transformasi yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, produksi merupakan sumber penting pertumbuhan. Perubahan daalam struktur perekonomian wilayah dapat terjadi karena perubahan ekonomi secara terus-menerus. Suatu perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa dimana masing-masing sektor akan mengalami proses transformasi yang berbeda-beda disebut dengan transformasi struktural.
Proses perubahan struktur ekonomi terkadang diartikan sebagai proses industrialisasi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
Proses industrialisasi terkadang diartikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi. Wujud historis dalam tahapan ini yaitu melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
Selanjutnya Chenery dalam Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa perubahan struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selanjutnya Chenery dalam Tambunan (2001) juga menyatakan bahwa perubahan struktur ekonomi yang umum disebut dengan transformasi struktural diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi Agregat Demand, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), Agregat Supply (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Transformasi ekonomi merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan perekonomian wilayah. Jika terjadi proses transformasi ekonomi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.
Salah satu indikator terjadinya pembangunan perekonomian wilayah yaitu adanya transformasi ekonomi. Jika terjadi proses transformasi ekonomi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan perlu pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidak terjadi proses transformasi maka pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai.
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yaitu, pertama disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya. Sesuai dengan Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang produksi industri menjadi bertambah besar. Dengan demikian peranan sektor industri akan semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan struktur ekonomi disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang berlangsung secara terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor.  Sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama (Sukirno, 2006),  yaitu: 1) Sektor primer, yang terdiri dari  sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian. 2) Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan. 3) Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan)
Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya transformasi ekonomi yaitu, pertama disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan konsumsinya. Sesuai dengan Hukum Engels bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sebaliknya proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang produksi industri menjadi bertambah besar. Dengan demikian peranan sektor industri akan semakin besar dibandingkan sektor pertanian. Kedua, perubahan struktur ekonomi disebabkan pula oleh perubahan teknologi yang berlangsung secara terus–menerus. Proses transformasi struktural akan berjalan cepat jika terjadi pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor.  Sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama (Sukirno, 2006),  yaitu: 1) Sektor primer, yang terdiri dari  sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian. 2) Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan. 3) Sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan).
Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tertier). Seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini, dimana  berdasarkan hasil studi Chenery dan Syrquin bahwa perubahan kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang akan menunjukkan pola sebagai berikut:
Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tertier). Seperti yang terlihat pada Gambar 1.1 berikut ini, dimana  berdasarkan hasil studi Chenery dan Syrquin bahwa perubahan kontribusi sektoral terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto Regional dalam jangka panjang akan menunjukkan pola sebagai berikut:
Gambar  IV 1 Perubahan Kontribusi Sektoral Terhadap Pembentukan Produk Domestik Bruto Regional Dalam Jangka Panjang
Gambar  IV 1 Perubahan Kontribusi Sektoral Terhadap Pembentukan Produk Domestik Bruto Regional Dalam Jangka Panjang
Terlihat pada Gambar 1.1 tersebut bahwa kontribusi output dari sektor primer terhadap pembentukan Produk Domestik  Bruto (PDB) semakin mengecil sedangkan pangsa Produk Domestik  Bruto (PDB) dari sektor sekunder dan tertier mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional perkapita. Dengan demikian, transformasi ekonomi menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional menjadi perkonomian yang modern.
Terlihat pada Gambar 1.1 tersebut bahwa kontribusi output dari sektor primer terhadap pembentukan Produk Domestik  Bruto (PDB) semakin mengecil sedangkan pangsa Produk Domestik  Bruto (PDB) dari sektor sekunder dan tertier mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan nasional perkapita. Dengan demikian, transformasi ekonomi menunjukkan terjadinya peralihan kegiatan ekonomi dari perekonomian tradisional menjadi perkonomian yang modern.
4.3       Industrialisasi dan perdagangan Luar negeri
4.3       Industrialisasi dan perdagangan Luar negeri
4.3.1            Industrialisasi
4.3.1    Industrialisasi
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Suatu proses perubahana sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri disebut dengan Industrialisasi. Selain itu, industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi)m, gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi.  Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia dimana manusia mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.
Perubahan filosofi manusia dimana manusia mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi) bisa terjadi dalam industrialisasi. Ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan perusahaan menurut para ahli. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.
Negara pertama yang melakukan industrialisasi adalah Inggris ketika terjadi revolusi industri pada abad ke 18, dan diikuti pada akhir abad ke 20 negara di Asia Timur yang menjadi bagian dunia yang paling banyak melakukan industrialisasi.
Inggris merupakan negara pertama yang melakukan industrialisasiketika terjadi revolusi industri pada abad 18, dan diikuti negara di Asia Timur yang menjadi bagian dunia yang paling banyak melakukan industrialisasi pada akhir abad ke-20.
Menurut klasifikasi sektor ekonomi dapat dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian pertama.
Sektor ekonomi menurut klasifikasi dapat dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian pertama.
Revolusi Industri pertama terjadi pada pertengahan abad ke 18 sampai awal abad ke 19 di daerah Eropa Barat, Amerika Utara, dimulai pertama kali di Inggris.  Revolusi Industri kedua terjadi pada pertengahan abad ke 19 setelah penemuan mesin uap, listrik, mesin pembakaran dalam (tenaga fosil) dan pembangunan kanal-kanal, rel kereta api sampai ke tiang listrik.
Pada pertengahan abad ke-18 sampai awal abad ke-19, revolusi industri pertama terjadi di daerah Eropa Barat, Amerika Utara, dan dimulai pertama kali di Inggris. Pada pertengahan abad ke-19, rervolusi industri yang kedua terjadi setelah penemuan mesin uap, listrik, mesin pembakaran dalam (tenaga fosil) dan pembangunan kanal-kanal, rel kereta api sampai ke tiang listrik.
Dampak Sosial dan Lingkungan dari industrialisasi; 1) Urbanisasi. Terpusatnya tenaga kerja pada pabrik – pabrik di suatu daerah, sehingga daerah tersebut berkembang menjadi kota besar. 2) Eksploitasi tenaga kerja. 3) Perubahan pada struktur keluarga, Pekerja harus meninggalkan keluarga agar bisa bekerja dimana industri itu berada. Perubahan struktur sosial berdasarkan pada pola pra industrialisasi dimana suatu keluarga besar cenderung menetap di suatu daerah. Setelah industrialisasi keluarga biasanya berpindah pindah tempat dan hanya terdiri dari keluarga inti (orang tua dan anak – anak). Keluarga dan anak – anak yang memasuki kedewasaan akan semakin aktif berpindah pindah sesuai tempat dimana pekerjaan itu berada. 4) Lingkungan hidup. Industrialisasi menimbulkan banyak masalah penyakit. Mulai polusi udara, air, dan suara, masalah kemiskinan, alat alat berbahaya, kekurangan gizi. Masalah kesehatan di Negara industri disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial politik, budaya dan juga patogen (mikroorganisme penyebab penyakit).
Dampak Sosial dan Lingkungan dari industrialisasi; 1) Urbanisasi. Terpusatnya tenaga kerja pada pabrik – pabrik di suatu daerah, sehingga daerah tersebut berkembang menjadi kota besar. 2) Eksploitasi tenaga kerja. 3) Perubahan pada struktur keluarga, Pekerja harus meninggalkan keluarga agar bisa bekerja dimana industri itu berada. Perubahan struktur sosial berdasarkan pada pola pra industrialisasi dimana suatu keluarga besar cenderung menetap di suatu daerah. Setelah industrialisasi keluarga biasanya berpindah pindah tempat dan hanya terdiri dari keluarga inti (orang tua dan anak – anak). Keluarga dan anak – anak yang memasuki kedewasaan akan semakin aktif berpindah pindah sesuai tempat dimana pekerjaan itu berada. 4) Lingkungan hidup. Industrialisasi menimbulkan banyak masalah penyakit. Mulai polusi udara, air, dan suara, masalah kemiskinan, alat alat berbahaya, kekurangan gizi. Masalah kesehatan di Negara industri disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial politik, budaya dan juga patogen (mikroorganisme penyebab penyakit).

Modifikator               : Sri Indrawati

4.3.2    Industrialisasi Di Indonesia
4.3.2    Industrialisasi Di Indonesia
Industrialisasi di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998. Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukan investasi pada industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh produk produk asing.
Industrialisai di Indonesia mengalami kemunduran mulai dari semenjak krisis ekonomi terjadi di tahun 1998, hal ini terjadi karna suhu politik yang tidak stabil pada saat itu. Akan tetapi kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukan investasi pada industri dalam negeri, tetapi indonesia lebih memfokuskan kepada penyerapan barang hasil produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh produk produk luar.
Adapun faktor-faktor pembangkit industri di Indonesia, antara lain: 1) Struktur organisasi, perlu dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa, mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi. 2) Ideologi, perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut tecno-nasionalism, techno-globalism, atau techno-hybrids. 3) Kepemimpinan, pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Adapun faktor-faktor pembangkit industri di Indonesia, antara lain:
1) Struktur organisasi, perlu dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa, mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
2) Ideologi, perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut tecno-nasionalism, techno-globalism, atau techno-hybrids.
3) Kepemimpinan, pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat industri di Indonesia meliputi; 1) Keterbatasan teknologi, kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan kemampuan produksi. 2) Kualitas sumber daya manusia, terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru. 3) Keterbatasan dana pemerintah, terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat industri di Indonesia meliputi;
1) Keterbatasan teknologi, kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan kemampuan produksi.
2) Kualitas sumber daya manusia, terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.
3) Keterbatasan dana pemerintah, terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi
Dampak Industrialisasi di Indonesia; 1) Teknologi memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan hutan untuk meningkatkan devisa negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di Indonesia berarti hilang juga tanaman - tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dan juga fauna langka yang hidup di ekosistem hutan tersebut. 2) Dibalik kesuksesan Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Lhoksumawe, bahkan hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami peningkatan suhu udara, Walaupun daerah tersebut tidak pesat perkembangan industrinya.
Dampak Industrialisasi di Indonesia;
1) Teknologi memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan hutan untuk meningkatkan devisa negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di Indonesia berarti hilang juga tanaman - tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dan juga fauna langka yang hidup di ekosistem hutan tersebut.
2) Dibalik kesuksesan Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Lhoksumawe, bahkan hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami peningkatan suhu udara, Walaupun daerah tersebut tidak pesat perkembangan industrinya.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar: 1) Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya. 2) Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial. 3) Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar:
1) Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya. 2) Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial.
3) Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.
4.3.3    Perdagangan Luar Negeri
4.3.3    Perdagangan Luar Negeri
Perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat di bidang ekonomi saja. Manfaatnyadi bidang lain pada masa globalisasi ini juga semakin terasa. Bidang itu antara lain politik,sosial, dan pertahanan keamanan. Di bidang ekonomi, perdagangan internasional dilakukan semua negara untuk memenuhikebutuhan rakyatnya. Negara dapat diibaratkan manusia, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, tanpa bantuan orang lain. Begitu juga dengan negara, tidak ada negara yangbisa bertahan tanpa kerja sama dengan negara lain. Negara yang dahulu menutup diri dariperdagangan internasional, sekarang sudah membuka pasarnya. Misalnya, Rusia, China, dan Vietnam.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.(https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional)
Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan pangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secarasosial. Jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa berakibat pada krisis ekonomi. Akibat berantainya akan melanda ke semua negara.
Perdagangan internasional juga memiliki fungsi sosial. Misalnya, ketika harga bahan pangan dunia sangat tinggi. Negara-negara penghasil beras berupaya untuk dapat mengekspornya. Di samping memperoleh keuntungan, ekspor di sini juga berfungsi secarasosial. Jika krisis pangan dunia terjadi, maka bisa berakibat pada krisis ekonomi. Akibat berantainya akan melanda ke semua negara.
Pada era globalisasi ini banyak muncul perusahaan multi nasional. Perusahaan seperti ini sahamnya dimiliki oleh beberapa orang dari beberapa negara. Misalnya, saham telkomsel dimiliki oleh beberapa orang dari Indonesia dan Singapura. Perusahaan multi nasional seperti ini dapat mempererat hubungan sosial antar bangsa. Di dalamnya banyak orang dari berbagai negara saling bekerja sama. Maka terjadilah persabatan di antara mereka.
Pada era globalisasi ini banyak muncul perusahaan multi nasional. Perusahaan seperti ini sahamnya dimiliki oleh beberapa orang dari beberapa negara. Misalnya, saham telkomsel dimiliki oleh beberapa orang dari Indonesia dan Singapura. Perusahaan multi nasional seperti ini dapat mempererat hubungan sosial antar bangsa. Di dalamnya banyak orang dari berbagai negara saling bekerja sama. Maka terjadilah persabatan di antara mereka.
Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik. Perdagangan antar negara bisa mempererat hubungan politik antar negara. Sebaliknya, hubungan politik juga bisa mempererat hubungan dagang.
Perdagangan internasional juga bermanfaat di bidang politik. Perdagangan antar negara bisa mempererat hubungan politik antar negara. Sebaliknya, hubungan politik juga bisa mempererat hubungan dagang.
Perdagangan internasional juga berfungsi untuk pertahanan keamanan. Misalnya, suatu negara nonnuklir mau mengembangkan senjata nuklir. Negara ini dapat ditekan dengan dikenai sanksi ekonomi. Artinya, negara lain tidak diperbolehkan menjalin hubungan dagang dengan negara tersebut. Biasanya upaya seperti ini harus dengan persetujuan PBB. Hal inidilakukan demi terciptanya keamanan dunia.
Perdagangan internasional juga berfungsi untuk pertahanan keamanan. Misalnya, suatu negara nonnuklir mau mengembangkan senjata nuklir. Negara ini dapat ditekan dengan dikenai sanksi ekonomi. Artinya, negara lain tidak diperbolehkan menjalin hubungan dagang dengan negara tersebut. Biasanya upaya seperti ini harus dengan persetujuan PBB. Hal inidilakukan demi terciptanya keamanan dunia.
Perdagangan internasional juga terkait dengan pertahanan suatu negara. Setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan wilayahnya. Padahal, tidak semua negara mampu memproduksi senjata. Maka diperlukan impor senjata. Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang membahayakan, diperlukan kerjasama internasional. Barang yang membahayakan tersebut misalnya senjata gelap, obat-obatan terlarang, hewan langka, ternak yang membawa penyakit menular, dsb.
Perdagangan internasional juga terkait dengan pertahanan suatu negara. Setiap negara tentu membutuhkan senjata untuk mempertahankan wilayahnya. Padahal, tidak semua negara mampu memproduksi senjata. Maka diperlukan impor senjata. Untuk mencegah perdagangan barang-barang yang membahayakan, diperlukan kerjasama internasional. Barang yang membahayakan tersebut misalnya senjata gelap, obat-obatan terlarang, hewan langka, ternak yang membawa penyakit menular, dsb.
Untuk kepentingan inilah pemerintah semua negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk pemerintah suatu negara untuk memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki suatu negara. Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar. Pemeriksaan juga untuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan ataupun barang terlarang atau tidak. Cara yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain dengan melihat dokumen barang, menggunakan detektor barang berbahaya, atau menggunakan anjing pelacak.
Untuk kepentingan inilah pemerintah semua negara memiliki bea cukai. Instansi ini dibentuk pemerintah suatu negara untuk memeriksa barang-barang dan bagasi ketika memasuki suatu negara. Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat apakah pajaknya telah dibayar. Pemeriksaan juga untuk mengecek barang-barang tersebut barang selundupan ataupun barang terlarang atau tidak. Cara yang digunakan dalam pemeriksaan antara lain dengan melihat dokumen barang, menggunakan detektor barang berbahaya, atau menggunakan anjing pelacak.
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Selain daripada itu menurut Sadono Sukirno,  manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut; 1) Menjalin Persahabatan Antar Negara, 2) Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, 3) Memperoleh keuntungan dari spesialisasi 3) Memperluas pasar dan menambah keuntungan, 4) Transfer teknologi modern.
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut. https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
           Menjalin Persahabatan Antar Negara
           Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
           Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi adakalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
           Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
           Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
4.3.4    Teori Dalam Perdagangan Internasional
4.3.4    Teori Dalam Perdagangan Internasional
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut : 1) Faktor Alam/ Potensi Alam, 2) Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri, 3) Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara, 4) Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi, 5) Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut, 6) Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi, 7) Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang, 8) Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain, 9) Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya sebagai berikut : 1) Faktor Alam/ Potensi Alam, 2) Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri, 3) Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara, 4) Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi, 5) Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut, 6) Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi, 7) Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang, 8) Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain, 9) Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

Modifikator               : Nentan

Beberapa Teori dalam perdagangan internasional; yaitu
Beberapa Teori dalam perdagangan internasional; yaitu
4.3.4.1 Model Adam Smith
4.3.4.1 Model Adam Smith
Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional.
Yang difokuskan pada model ini adalah keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan mendapatkan keuntungan mutlak disebabkan biaya produksi negara tersebut lebih rendah dari negara lain. Menurut teori ini jika harga barang yang sama tidak mempunyai perbedaan di berbagai negara maka perdagangan interrnasional tidak perlu dilakukan.
4.3.4.2 Model Ricardian
4.3.4.2 Model Ricardian
Model ini memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.
Yang difokuskan pada model ini adalah kelebihan komparatif dan mungkin dalam teori perdagangan merupakan konsep yang paling penting. Model ini mengkhususkan negara memproduksi apa yang paling baik. Tidak seperti model lainnya, model ini memprediksi bahwa negara akan menjadi spesialis barang tertentu tanpa memproduksi bermacam barang komoditas. Faktor pendukung seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara juga tidak secara langsung dimasukkan pada model ini.
4.3.4.3 Model Heckscher-Ohlin,

Model ini dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional. Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal dan sebagainya.
Model ini dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Dengan menyampingkan kompleksitasnya yang lebih rumit model ini tidak membuktikan perkiraan yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari segi teoritis model ini tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional. Menurut teori ini yang menentukan pola perdagangan internasional adalah perbedaan dalam faktor pendukung.
Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal dan sebagainya.
Model ini mempediksi kalau barang yang membuat penggunaan faktor pemenuh kebutuhan akan di ekspor oleh negara secara intensif dan barang yang menggunakan faktor lokal yang langka akan di import secara intensif  pula. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal dengan Pradoks Leotif, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wasily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif daripada mempunyai modal yang cukup dan sebagainya.
4.3.4.4 Model Gravitasi
4.3.4.4 Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisis yang lebih empiris dari pola perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas.  Dalam Model gravitasi, pada dasarnya, untuk melakukan perdagangan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonomis menjadi penentu. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda. Model ini telah terbukti menjadi kuat secara empiris oleh analisis ekonometri. Faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam model ini.
Yang disajikan oleh model ini yakni analisis yang lebih empiris dibanding teoritis dari pola perdagangan. Dalam model ini, yang menjadi penentu untuk melakukan perdagangan adalah jarak dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonomis.  Dengan meniru hukum gravitasi Newton yang juga menghitung jarak dan ukuran fisik antara dua benda. Dengan analisis ekonometri model ini terbukti menjadi kuat secara empiris. Model ini juga memasukkan faktor lain seperti tingkat pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan.
4.3.5 Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional

Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi global dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.
Pada umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara. selama berabad-abad  Kebanyakan  negara  mempunyai tarif yang tinggi  dan banyak batasan dalam perdagangan internasional dibawah kepercayaan memrkantilisme. Pada abad ke-19, terutama di Britania, terdapat sebuah kepercayaan bahwa perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran  antarnegara bart untuk waktu yang lama dan hal itu membawa kemunduranbesar bagi Britania. Sejak perak dunia II, usaha untuk membuat regulasi global dalam perdagangan internasional diberikan oleh GATT dan WTO dalam perjanjian multilateral kontroversial. kadang-kadang, dengan klaim perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual , Kesepakatan perdagangan tersebut berujung pada protes dan ketidakpuasan.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dengan perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Negara yang ekonominya kuat biasa mendukung perdagangan bebas dengan kuat pulam walaupun kadang-kadang proteksi selektif tetap mereka lakukan untuk industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Perdagangan bebas didukung penuh oleh Belanda dan Inggris Raya dimana mereka dominan secara ekonomis, untuk saat ini pendukung terbesar mereka adalah Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang.Karena telah kuat secara ekonomi banyak negara lain yang menjadi pendukung perdagangan bebas seperti India, Rusia dan Tiongkok.Ada keinginan untuk menegosiasi uasaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, fasilitasi perdagangan ini karena tingkat tarif turun. Bentuk lain dari biaya transaksi dihubungkan dengan perdagangan pertemuan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Biasa nya kepentingan agrikultur dalam koridor,proteksilah yang sering mendukung perdagangan bebas dan sektor manufaktur. Bagaimanapun, beberapa tahun terakhir,ini telah berubah.faktanya,khusus di amerika serikat,eropa dan jepang menjadi penanggung jawab utama lobi agrikultur untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur   dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.

Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal total karena penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI (Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-tahun terakhir.
Selama reses seringkali ada tekanan domestik dalam rangka memproteksi industri dalam negri untuk meningkatkan tarif.hal ini akan terjadi di seluruh dunia selama depresi besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Melalui Word Trade Organization pada level global, dan beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di amerika serilatan,NAFTA antara amerika serikat,Kanada dan Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri telah menyelesaikan regulasi dari perdagangan internasional.Pertemuan Buenos Aires tahun 2005 gagal total karena penolakan dari populasi negara negara Amerika Latin yang membicarakan tentang pembuatan dari Free Trade Area of Amerika(FTAA).Kejadian serupa juga di alami  MAI (Multilateral Agreement  on Invesment) yang juga gagal pada tahun tahun terakhir.
4.4 Tabungan dan Pembangunan
4.4 Tabungan dan Pembangunan
Pendekatan pembangunan ekonomi yang menekankan pada pentingnya proses pembentukan modal mungkin merupakan pendekatan yang paling berpengaruh dan bertahan lama, karena: pertama, bila dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lain, pendekatan ini mempunyai landasan teoritis yang cukup kuat seperti ditunjukkan oleh model Harrod- Domar.
Pendekatan pembangunan ekonomi yang menekankan pada pentingnya proses pembentukan modal mungkin merupakan pendekatan yang paling berpengaruh dan bertahan lama, karena: pertama, bila dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lain, pendekatan ini mempunyai landasan teoritis yang cukup kuat seperti ditunjukkan oleh model Harrod- Domar.
Secara singkat, model Harrod-Domar ini menunjukkan hubungan antara pertumbuhan investasi dengan pendapatan nasional. Pandangan yang menganggap bahwa pembentukan modal merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi ini kemudian dikenal sebagai aliran fundamentalisme modal (capital fundamentalism).
Model Harrod-Domar dengan singkat menunjukkan hubungan antara pertumbuhan investasi dengan pendapatan nasional.pandangan yang menganggap bahwa pembentukan modal merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi  ini kemudian dikenal dengan aliran fundamentalisme modal (capital fundamentalism).
Akhirnya, alasan lain mengapa aliran fundamentalisme modal ini bisa bertahan adalah karena kerangka kerjanya cukup fleksibel dalam memasukkan gagasan-gagasan baru dalam ilmu ekonomi yang lahir pada tahun 1960-an, khususnya tentang konsep modal insani (human capital). Dimasukkannya modal insani ke dalam kerangka kerja ini bukanlah hanya untuk "pantas-pantasan" saja, sebab jika stok modal insani ini dibandingkan dengan persediaan modal fisik, maka perbandingan tersebut sangat besar. Bahkan untuk beberapa negara maju, rasio modal insani terhadap modal fisik bisa setinggi 1:1. Sebagai contoh, estimasi mutakhir secara kasar menunjukkan nilai persediaan modal insani di AS pada pertengahan 1970-an sama besar dengan nilai persediaan modal fisik.
Kerangka kerja yang cukup fleksibel dalam memasukkan gagasan baru dalam ilmu ekonomi yang lahir pada tahun 1960-an , khususnya tentang konsep modal insani ( human capital) merupakan salah satu alasan aliran fundamentalisme modal ini tetap bertahan.Dimasukkannya modal insani ke dalam kerangka kerja ini bukanlah hanya untuk "pantas-pantasan" saja, sebab perbandingannya sangat besar jika stok modal insani ini dibandingkan dengan persediaan modal fisik.Rasio modal insani terhadap modal fisik bisa setinggi 1:1 untuk beberapa negara maju. Contohnya, perhitungan akurat, persediaan modal insani AS secara kasar pada tahun 1970-an sama besar dengan nilai persediaan modal fisik.
Tingginya tingkat pembentukan modal karena melimpahnya tabungan awal hanya sedikit akan menyumbang pada pertumbuhan ekonomi -penciptaan lapangan kerja sedikit dan kurang mampu memperbaiki distribusi pendapatan- bila modal tersebut ditanamkan pada proyek-proyek yang produktivitasnya rendah. Selain itu, proyek-proyek investasi raksasa yang dibiayai dengan tabungan asing -betapapun produktifnya- mungkin hanya mempunyai dampak yang kecil terhadap pertumbuhan ekonomi bila kebijakan-kebijakan negara tuan rumah sangat lemah dalam menetapkan sistem bagi-hasil yang adil. Dalam Bab 6, ada beberapa contoh, khususnya sebelum pertengahan 1960-an, tentang keadaan- keadaan dimana negara-negara tuan rumah, khususnya negara-negara yang kaya akan sumberdaya alamnya, akhirnya hanya mendapat bagian sangat sedikit dari proyek-proyek investasi asing.
Tingginya tingkat modal karena melimpahnya tabungan awal hanya akan menyumbang sedikit pada pertumbuhan ekonomi, bila modal ditanamkan pada proyek-proyek yang produktivitasnya rendah maka penciptaan lapangan kerja sedikit dan distribusi pendapatan sulit diperbaiki.Selain itu, jika kebijakan-kebijakan negara tuan rumah sangat lemah dalam menetapkan sistem bagi hasil yang adil, proyek investasi yang dibiayai dengann tabungan asing seproduktif apapun mungkin hanya memberikan dampak kecil terhadap pertumbuhan ekonomi.Dalam bab 6, terdapat beberapa contoh, khususnya sebelum pertengahan 1960-an, tentang negara tuan rumah yang mendapat bagian sangat kecil dari proye-proyek asing, khususnya negara yang kaya sumberdaya alamnya.
Kita tak perlu harus menjadi pengikut aliran fundamentalisme modal jika hanya ingin memahami betapa pentingnya peranan tabungan dan modal bagi pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara tabungan, modal, dan pertumbuhan ekonomi telah ditunjukkan dengan baik sekali oleh pengalaman-pengalaman masyarakat-masyarakat industri. Misalnya, sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa sekitar setengah dari pertumbuhan pendapatan agregat pada 9 negara maju sejak 1975 disebabkan oleh ekspansi input modal fisik riil. Banyak studi yang mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat investasi di AS pada tahun 1970-an (sebesar 18 persen dari GNP, terendah di antara semua negara industri maju) sebagai penyebab pokok -rendahnya pertumbuhan produktivitas- dari rendahnya tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita negara tersebut sejak 1970, dibandingkan dengan Jepang dan Eropa Barat.
Jika hanya ingin memahami betapa pentingnya peranan tabungan dan modal bagi pertumbuhan ekonomi, kita tidak harus menjadi pengikut aliran fundamentalisme modal. Pengalaman-pengalaman masyarakat industri telah menunjukkan  keterkaitan antara tabungan, modal dan pertumbuhan ekonomi. Misalnya, sejumlah penelitian telah mengungkapkan bahwa sekitar setengah dari pertumbuhan pendapatan agregat pada 9 negara maju sejak 1975 disebabkan oleh ekspansi input modal fisik riil. Contohnya,diungkapkan sejumlah penelitian bahwa sekitar setengah dari pertumbuhan pendapatan agregat disebabkan oleh ekspansi input modal fisik riil pada 9 negara maju. Sejak tahun 1975.Seperti yang diungkapkan banyak studi bahwa dibandingkan dengan  Jepang dan Eropa Barat,rendahnya tingkat  investasi di AS pada tahun 1970-an (sebesar  18 persen dari GNP, dari semua negara maju adalah yang terendah) sejak tahun 1970. Rendahnya tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita negara menjadi penyebab utama rendahnya pertumbuhan produktivitas negara tersebut.

Modifikator               : Marhamah

Analisis terhadap kontribusi relatif dari modal terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut di Negara Sedang Berkembang (NSB) tidak banyak jumlahnya dan mengestimasi hasil estimasinyapun kurang meyakinkan, karena terbatasnya data yang tersedia. Namun demikian, bukti yang ada menunjukkan bahwa dampak pembentukan modal terhadap pertumbuhan ekonomi juga cukup significant di negara- negara tersebut, khususnya pada tahap-tahap awal pembangungan ekonominya; sementara itu pada tingkat-tingkat pendapatan yang lebih tinggi, pertumbuhan produktivitas nampaknya jauh lebih penting ketimbang proses pembentukan modal. Studi-studi di beberapa negara berpenghasilan menengah seperti Korea Selatan, Filipina, dan Mexico menunjukkan bahwa pada tahun-tahun terakhir ini pertumbuhan persediaan modal fisik-sangat berbeda dengan pertumbuhan modal insani- bisa memberikan kontribusi antara seperempat sampai sepertiga dari pertumbuhan ekonomi dan sebanyak-banyaknya sebesar setengah di NSB pada umumnya . Sayangnya, tak satupun dari studi-studi ini yang memasukkan kontribusi modal insani terhadap pertumbuhan ekonomi -yang hasilnya mungkin akan mengecilkan peranan pembentukan modal fisik- dan tabungan terhadap pertumbuhan ekonomi.
bukti yang ada menunjukkan bahwa dampak pembentukan modal terhadap pertumbuhan ekonomi juga cukup significant di negara- negara tersebut, khususnya pada tahap-tahap awal pembangungan ekonominya; sementara itu pada tingkat-tingkat pendapatan yang lebih tinggi, pertumbuhan produktivitas nampaknya jauh lebih penting ketimbang proses pembentukan modal.pada tahap a seperti Korea Selatan, Filipina, dan Mexico menunjukkan bahwa pada tahun-tahun terakhir.pada studi dibeberapa negara yang berenghasilan menengah Sayangnya, tak satupun dari studi-studi ini yang memasukkan kontribusi modal insani terhadap pertumbuhan ekonomi -yang hasilnya mungkin akan mengecilkan peranan pembentukan modal fisik- dan tabungan terhadap pertumbuhan ekonomi
Dalam setiap kasus, akumulasi modal tidak lagi dilihat sebagai obat mujarab bagi NSB, meskipun jelas bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang mantap dan kuat dalam jangka panjang hanya bisa terjadi jika masyarakat mampu mempertahankan proporsi investasi yang cukup besar dari GDPnya. Proporsi ini jarang kurang dari 15 persen; pada banyak kasus bisa setinggi 25 persen, tergantung lingkungan di mana akumulasi modal terjadi dan tergantung pada berapa tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan pokok masyarakatpertumbuhan pokok masyarakatpertumbuhan pokok masyarakatpertumbuhan ekonomi yang diinginkan untuk mencapai tujuan pokok masyarakat.
Dalam setiap kejadian kasus, akumulasi tidak lagi terlihat bagi NSB padahal sudah jelas dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang mantap dan kuat dalam jangka panjang hanya bisa terjadi jika masyarakat mampu mempertahankan proporsi investasi yang cukup besar dari GDPnya.
4.5       Migrasi dan Urbanisasi
4.5       Migrasi dan Urbanisasi
4.5.1    Faktor Penyebab Terjadinya Migrasi Dan Urbanisasi
4.5.1    Faktor Penyebab Terjadinya Migrasi Dan Urbanisasi
Migrasi adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu wilayah ke wilayah lainnya dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi mereka. Sebagai contohnya pada tahun ke-5 kerasulan, Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah melakukan proses penghijrahan atau migrasi dari Mekah ke Madinah untuk mempertahankan akidah dan agama Islam.
Migrasi merupakan kejadian perpindahan suatu penduduk dari satu wilayah ke wilayah yang lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekonomi suatu penduduk tersebut. Di mana contohnya adalah ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah yang bertujuan untuk tetap teguh dengan ajaran agama Islam.
Dalam banyak kasus, orang bermigrasi untuk mencari sumber-cadangan-makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan makanan yang mungkin terjadi karena datangnya musim dingin atau karena overpopulasi.
Penduduk yang melakukan migrasi ini bertujuan untuk mendapatkan sumber makanan yang baru karena mereka menghindari kelengkaan yang kemungkinan akan terjadi pada saat musim dingin atau karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol.
Proses migrasi dalam sebuah negara, jelas menunjukkan bahwa negara tersebut sedang membangun dengan begitu pesat.  Namun ia bukanlah satu hal yang dapat dibanggakan. Kemasukan pendatang asing memang diperlukan oleh suatu negara  yang ketika itu dalam proses peralihan ketergantungan ekonomi sektor pertanian menuju sektor industri dan jasa.
Suatu negara dapat dikatakan terjadi pembangunan yang baik adalah proses migrasi. Tapi, hal ini bukanlah menjadi sesuatu yang dapat dijadikan prestasi. Masuknya imigran dari luar negeri diperlukan oleh suatu negara yang mengalami proses peralihan dari ekonomi sektor pertanian ke sektor industry dan jasa.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi biasanya dilakukan oleh orang muda usia yang pergi mencari pekerjaan di industry atau perusahaan yang jauh dari tempat dimana mereka berasal. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua.
Urbanisasi merupakan berpindahnya penduduk dari desa ke kota. Proses urbanisasi biasanya dilakukan oleh penduduk usia 19-30 tahun untuk mencari pekerjaan yang menurut mereka pekerjaan di kota lebih baik daripada di desa. Urbanisasi ini merupakan salah satu masalah yang diperhatikan oleh pemerintah suatu negara.
Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota dapat menimbulkan masalah kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah penduduk kota yang terus meningkat tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lainnya. Dan hal ini harus dicari jalan keluarnya.
Secara rinci faktor penyebab terjadinya Migrasi dan Urbanisasi dapat disebabkan beberapa faktor sebagai berikut : 1) Faktor ekonomi, Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang penyumbang terbesar terjadinya proses migrasi ini. Kedudukan ekonomi yang mantap dan kukuh disebuah wilayah menyebabkan sekaligus membuka peluang seseorang termasuk juga golongan pendatang akan datang untuk mencari rezeki di negara orang. 2) Taraf ekonomi yang rendah di wilayah sendiri, bagi negara Malaysia khususnya, kemakmuran ekonomi seringkali dijadikan alasan untuk menjelaskan mengapa negara ini menarik perhatian ramai rakyat Indonesia dan Bangladesh untuk bermigrasi. 3) Faktor sosiobudaya, Sebenarnya faktor sosiobudaya juga memainkan peranan utama menyebabkan pendatang Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari ke negara Malaysia. Bahkan boleh dikatakan faktor sosiobudaya ini memainkan peranan yang sama pentingnya dengan faktor ekonomi. 4) Faktor kestabilan politik, Kestabilan politik disebuah negara memainkan peranan yang penting dan terkait dengan ekonomi negara dan proses migrasi antarabangsa. Sebuah negara yang aman dan makmur secara tidak langsung dapat terjadi migrasi penduduk negara tersebut ke negara lain.
Beberapa faktor penyebab terjadinya migrasi dan urbanisasi adalah sebagai berikut:
1.   Faktor ekonomi, merupakan faktor utama terjadinya migrasi dan urbanisasi. Ekonomi yang baik dan sejahtera disuatu wilayah menjadi alasan seseorang untuk mencari rezeki di wilayah tersebut.
2.   Taraf ekonomi yang rendah di wilayah sendiri, kemakmuran ekonomi ini yang terkadang menjadikan rakyat Indonesia dan Bangladesh untuk mencari rezeki di negeri tetangga, Malaysia.
3.   Faktor Sosio Budaya, faktor ini juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan faktor ekonomi.
4.   Faktor kestabilan politik, karena politik dapat mempengaruhi ekonomi suatu negara dan proses migrasi antarbangsa. Karena negara yang memiliki taraf hidup aman dan tentram akan membuat seseorang untuk pindah ke negara tersebut agar hidupnya juga selalu merasa aman.
4.5.2    Faktor Pendorong Dan Penarik Migrasi
4.5.2    Faktor Pendorong Dan Penarik Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor).
Terdapat dua faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi yaitu faktor pendorong dan faktor penarik:
4.5.2.1 Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
4.5.2.1 Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
·         Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
·         Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
·         Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
·         Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
·         Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.
1. Lapangan pekerjaan di tempat asal berkurang.
2. Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal
3. Karena pendidikan, pekerjaan, perkawinan.
4. Terjadi bencana alam yang mengakibatkan kerusakan parah, seperti tsunami, gempa bumi, lumpur Lapindo.
4.5.2.2 Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
4.5.2.2 Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
·         Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
·         Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
·         Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
·         Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.
1. Harapan yang besar diberikan oleh suatu wilayah yang dapat memperbaiki taraf hidup
2. Perolehan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
3. Lingkungan yang nyaman dan menyenangkan.
4. Aktivitas di kota besar yang menjadi daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.
Proses urbanisasi sangat terkait mobilitas maupun migrasi penduduk. Ada sedikit perbedaan antara mobilitas dan migrasi penduduk. Mobilitas penduduk didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif, namun tidak berniat menetap di daerah yang baru.
Proses Urbanisasi sangat terkait mobilitas dan migrasi penduduk. Tetapi diantar keduanya meiliki perbedaan. Mobilitas penduduk adalah berpindahnya penduduk yang telah melewati batas administratif, tetapi mereka tidak memiliki niat untuk menetap di wilayah tersebut.

Urbanisasi dan Migrasi Sedangkan migrasi didefinisikan sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif dan sekaligus berniat menetap di daerah yang baru tersebut. Di dalam pelaksanaan perhitungannya, data yang ada sampai saat ini baru merupakan data migrasi penduduk dan bukan data mobilitas penduduk. Di samping itu, data migrasi pun baru mencakup batasan daerah tingkat I.
Sedangkan migrasi adalah berpindahnya penduduk yang telah melewati batas administratif dan mereka juga memiliki niat untuk menetap di wilayah tersebut.
Dengan demikian, seseorang dikategorikan sebagai migran seumur hidup jika propinsi tempat tinggal orang tersebut sekarang ini, berbeda dengan propinsi dimana yang bersangkutan dilahirkan. Selain itu seseorang dikategorikan sebagai migran risen jika propinsi tempat tinggal sekarang berbeda dengan propinsi tempat tinggalnya lima tahun yang lalu.
Seseorang dapat dikatakan sebagai migran seumur hidup jika provinsi yang ditinggalinya saat ini, berbeda dengan provinsi di mana orang tersebut dilahirkan. Sedangkan migran risen adalah jika seseorang tinggal di provinsi yang ditinggali sekarang berbeda dengan provinsi dari tempat tinggalnya lima tahun yang lalu.
Oleh karena itu, pemerintah di samping mengembangkan kebijaksanaan pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk, termasuk di dalamnya urbanisasi, juga berkewajiban menyempurnakan sistem pencatatan mobilitas dan migrasi penduduk agar kondisi data yang ada lebih sesuai kondisi di lapangan. Terutama bila diperlukan untuk perumusan suatu kebijakan kependudukan.
Pemerintah diwajibkan untuk dapat menyempurnakan sistem pencatatan mobilitas dan migrasi penduduk agar kondisi data yang ada lebih sesuai kondisi di lapangan. Terutam apabila dibutuhkan perumusan suatu kebijakan kependudukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar